Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara menggelar Halalbihalal di halaman Unisnu Jepara, Selasa (4/7). Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Hari Raya Idul Fitri 1438 H. Acara Halalbihalal mengambil tema “Merajut Harmoni, Mempererat Keakraban Menuju Kemajuan Unisnu Jepara” dan dihadiri oleh pengurus Yayasan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (Yaptinu), karyawan dan segenap civitas akademika Unisnu Jepara.
Rektor Unisnu Jepara dalam sambutannya mengajak semua warga Unisnu untuk berkompetisi dalam kebaikan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu memajukan Unisnu Jepara. “Istiqomah dalam kebaikan, sabar dan ikhlas adalah kunci untuk memajukan Unisnu Jepara” Ujar Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag.
Momen Halalbihalal merupakan wadah bagi seluruh elemen yang ada di Unisnu untuk bersilaturrahim, merajut harmoni dan semangat memajukan Unisnu Jepara. Melalui Halalbihalal ini, seluruh elemen Unisnu dan Yaptinu melebur menjadi satu, saling introspeksi dan saling memaafkan setiap salah dan khilaf yang pernah ada.
Dr. Sodiq Abdullah, M. Ag., selaku Plt Yaptinu dalam sambutannya menyampaikan rencana peresmian klinik kesehatan Yaptinu yang telah berdiri di Desa Bawu. Hal ini merupakan titik awal bagi Unisnu Jepara untuk membuka Program Studi Kesehatan, program studi yang saat ini diminati dan berguna bagi masyarakat Jepara. Kedepannya, klinik yang akan segera diresmikan tersebut dapat dijadikan lab dan klinik bagi mahasiswa Program Studi kesehatan.
Halalbihalal pada kesempatan ini menghadirkan KH. Ubaidillah Shodaqoh, SH,. Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah. Dalam Mauidloh Hasanahnya beliau menyampaikan pentingnya mencari sintesa dari dunia pesantren ke akademis formal. Beliau juga berpesan bagi lembaga pendidikan yang berbasis Nahdlatul Ulama untuk memegang teguh nilai Ahlus sunah wal jama’ah. “Mau semodern apapun metode pembelajaran yang dianut, tapi output, orientasi dan tasawufnya harus bernafaskan NU, bernafaskan Ahlus sunah wal jamaah” Tutur KH Ubaidillah Shodaqoh. Beliau juga mengingatkan pentingnya memperkuat perpustakaan, sehingga semakin banyak wacana dan sumber ilmu untuk bagi kader-kader Nahdlatul Ulama.
Halalbihalal tidak bisa dipisahkan dari Tokoh Nahdlatul Ulama. Sukarno, Presiden pertama Indonesia yang pada saat itu khawatir atas perpecahan yang terjadi di Indonesia, menemui Kyai Wahab untuk meminta pendapat mengenai Perpecahan yang terjadi di Indonesia. Menjawab pertanyaan Soerkarno, Kyai Wahab lantas menyarankan untuk diadakannya forum, duduk satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Dari pertemuan sukarno dan kyai wahab itulah kemudian muncul istilah halalbihalal yang kita kenal sampai sekarang.