'Iedul Fithri: Melestarikan Kesucian Diri

'IEDUL FITHRI: MELESTARIKAN KESUCIAN DIRI

Dr. H. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag.

Rektor Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara (UNISNU JEPARA)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat Hari 'Iedul Fithri 1 Syawwal 1443 Hijriyah. Mohon maaf lahir-batin, semoga Allah melimpahkan kelembutan, kasih-sayang, petunjuk dan pertolongan-Nya merasuk ke dalam jiwa orang-orang yang beriman. Ja'alana Allah wa iyyakum minal-'aidin wal-faizin, taqabbal Allahu minna wa minkum Ya Karim.

Kita sebagai manusia diciptakan dari tanah, setelah kejadiannya sempurna, dihembuskan oleh Allah kepadanya Ruh ciptaan-Nya. Inilah fithrah  merupakan "awal kejadian" sekaligus memuat "kesucian" yang dijelaskan di dalam "agama yang benar". Memang manusia itu makhluk unik. Makhluk pertama yang disebutkan dalam rangkaian Wahyu pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad, adalah manusia (khalaqa al-insana min 'alaq dan 'allama al-insana  ma lam ya'lam).

Sungguh manusia sering mendapat pujian dari Allah, seperti pernyataan-Nya diciptakan manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya (fi ahsani taqwim). Bahkan penegasan-Nya bahwa dimuliakannya makhluk ini dibandingkan makhluk-makhluk yang lain. Akan tetapi sering juga manusia mendapat celaan dari Allah, bahwa manusia itu amat aniaya dan ingkar terhadap nikmat yang dialaminya, suka selalu membantah dan selalu berkeluh kesah hingga disifati kikir.

Rekam jejak kehidupan Kita sudah diprediksi oleh Al-Qur'an. Dari hal-hal yang terkecil dilanggar, bahkan perbuatan maksiat yang harus dihindari justru menjadi kebiasaan. Namun Allah Ar-Rahman menunjukkan bahwa kelemahan manusia itu mempunyai potensi "kesediaan" untuk menempati posisi tertinggi --melalui istighfar untuk taubat-- sehingga terpuji, atau masih di tempat rendah sehingga tercela. Namun kita tetap perlu muhasabah, evaluasi diri terus menerus. Kita wajib memahami peringatan Al-Qur'an: "... Sungguh akan Kami isi neraka jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah" (S. Al-A'raf/7:179).

Manusia memang dapat menggali kemampuan dan popularitas yang dialaminya, atau yang direfleksikannya, tapi sayang prestasi pribadi tidak dapat berperan justru malah menjurus pada dekadensi pribadi. Tidak masuk akal, tetapi manusia sendiri yang melakukannya dan tercela karenanya.

Astaghfirullaha Al-'Azhim Kita sadar memiliki banyak kelemahan. Kita sungguh menyadari betapa lemahnya Kita di hadapan Allah, dan betapa kuasa dan perkasa Allah Yang Maha Agung. Allahu Akbar wa lillahil-hamdu la ilaha illa Allah.. berkumandang menyentuh menyelimuti jiwa adalah suara fithrah. Alhamdulillah kita mampu melestarikan kesucian diri.

Untuk melestarikan kesucian diri kita perlu melakukan hijrah, yakni memperbaiki mental-spiritual kita. Mengacu sumber yang artifisial namun sangat kuat, yaitu manusia secara terus menerus harus memperingatkan dirinya sendiri bahwa kita "adalah anak-cucu Adam sedang Adam diciptakan dari debu", demikian yang disabdakan oleh Nabi Muhammad ketika hendak melakukan hijrah ke Madinah. Di dalam kegelapan (dunia) ini tidak ada perbedaan di antara manusia. Perbedaan tersebut hanya ada di dalam pandangan Allah berdasarkan taqwa . Karena itu mari saling memaafkan, membuka lembaran baru dan menutup lembaran lama. Kita wujudkan sikap ihsan  di antara kita, karena itulah yang paling disukai Allah.

Allahumma inni as'aluKa al-'afwa wal-'afiyata wal-mu'afatad-daimata fi diniy wa dunyaya wa ahliy wa maliy. Allahumma-stur 'auratiy wa aamin rau'atiy, wa shalla Allahu 'ala Sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wa Shahih wa sallam.

Wallahulmuwaffiq ila aqwamith thoriq

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Daftar Sekarang